Rabu, 29 Agustus 2007

Aqeqah..

Suatu hari, saya sedang mendengarkan ceramah dari salah seorang ustadz. Beliau sedang menceritakan tentang "Keindahan Syurga". Mulai dari keinginan yang mustahil tidak akan terpenuhi. Sampai ke Urusan Bidadari dan Bidadara.

Sampailah kepada sebuah pertanyaan dari salah seorang ikhwan. "Ustadz, apakah di syurga itu sifulan bisa menolong (memberi syafaat kepada) Fulan yg lain?". Ustadz menjawab, "Tentu saja, bisa. Dengan syarat, si fulan itu sudah di Aqiqah kan".

Mendengar jawaban ustadz itu, saya jadi terperanjat. Kenapa dengan Aqiqah?. Ustadz meneruskan bahwa ketika kita terlahir, maka status kita itu adalah sedang tergadaikan. Silahkan bayangkan kalau emas kita dalam keadaan tergadai. Emas kita tersimpan dalam satu kotak ruangan dan tidak bisa diambil karena statusnya itu. Dan emas itu tidak bisa membuat manfaat yang lain, karena ketergadaiannya.

Nah, begitu pula dengan manusia yg sedang tergadai. Secara pribadi dia bisa melakukan ibadah sesuai dengan keinginannya. Tapi kalau nanti disyurga ingin memberikan pertolongan kepada yg lain, maka itu tidak bisa, karena posisinya sedang tergadaikan.

Pertanyaan terakhir saya... Apakah saya sudah di Aqiqahkan saat lahir dulu???? Baiklah saya tanyakan dulu ke Orang Tua Saya....

Ternyata...

Ya..ternyata, menurut pengakuan orang tua saya. Saya belum di Aqeqahkan.

Terus bagaimana solusinya? Itulah pertanyaan untuk Ustadz selanjutnya. Jawab Ustadz adalah, "Yaa... silahkan Aqeqahkan sekarang. Tapi ingat, yang berkewajiban melakukan aqeqah adalah orang tua kita sendiri." Selanjutnya, bagaimanakah kalau orang tua kita tidak mampu dalam membiayai aqeqah. Solusinya ada dua. Pertama, Biarkan Aqeqah itu tidak terjadi dan mari sama-sama mengharap maghfirah Allah. Kedua, jika kebetulan kita memiliki dana untuk aqeqah, maka serahkan dulu dana itu ke orang tua (sehingga dana itu menjadi dana milik orang tua). Kemudian bujuklah orangtua kita untuk melakukan Aqeqah dengan menggunakan dana tersebut.

Artinya, kita tidak bisa mengakekahkan diri sendiri, meski kita mampu.

Demikianlah para pembaca yang budiman, oleh2 dari pengajian. Yang benar dari Allah dan yang salah adalah dari kita sendiri...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bisa tunjukkan hadist yang sohih sehubungan dengan informasi itu?